CERPEN : "HIJRAH" (Nindya Aryani)
Aku menatap ke arah jalan yang ramai dari tempat dudukku. Terlihat kendaraan berlalu lalang di jalan itu. Hari ini SMA libur, jadi aku bisa sejenak merefresh otakku dari pelajaran-pelajaran sekolah. Jam pada layar smartphoneku menunjukkan pukul 11.45, di saat itu anak-anak berseragam putih-biru baru saja pulang dari sekolah. Hmm..Melihat mereka aku jadi teringat masa SMP ku, tepatnya 5 tahun yang lalu.
***
Namaku Arni, selama aku sekolah Alhamdulillah aku mempunyai banyak teman. Dan ada juga di antara mereka yang mengenakan hijab. Dulu aku belum terlalu berfikir ingin mengenakan hijab seperti mereka. Mungkin karena dulu aku masih terlalu labil and than sedikit tomboy. Lagi pula orang tuaku belum mempercayaiku untuk mengenakan hijab. Alasannya logis, mereka takut jika aku membuka-tutup hijabku.
***
Semasa SMP dulu ada beberapa temanku yang mengenakan hijab.Ada yang kemauan sendiri ada juga yang di paksa orang tuanya. Aku tidak pernah peduli apa alasan mereka mengenakan hijab karena dulu aku berfikir itu bukan urusan gue. Ada insiden memalukan dulu sewaktu aku SMP. Di sekolah kami ada hari dimana kami akan mengenakan baju muslim+hijab. Tentu saja kami warga sekolah harus mengikuti peraturan yang sudah di buat oleh pihak sekolah.Bagi siswi-siswi yang sudah terbiasa mengenakan hijab, yaa tentu saja mereka tidak mempermasalahkannya. Tapi bagi kami??? Yappp bagi kami itu ibarat aturan yang menyiksa.
***
Hari ini adalah hari kamis, ohh no berarti besok adalah hari Jumat. Uuhhh menyebalkan, aku harus mengenakan hijab besok. Dan malam ini aku harus menyiapkan baju, celana, hijab yang akan ku pakai besok. Ffiiuuhh untungnya baju muslim dari sekolah tidak di pasangkan dengan rok, kalau sampai di pasangkan dengan rok, entah apa jadinya aku ini. Oke come back ke ceritaku ya. Setelah baju dan celana selesaiku setrika, lalu aku menyetrika hijabnya. Seperti biasa setelah di sertika hijab segi empat itu kulipat lagi menjadi segitiga setelah itu kuletakkan dengan hati-hati agar tidak kusut esok paginya.
***
Ini adalah hari pertamaku mengenakan hijab kesekolah. Rasanya enggan pergi kesekolah, tapi sangat tidak mungkin sekali aku tidak masuk sekolah hanya karena hijab. Setelah mandi, kemudian mengenakan seragam, dan mengenakan hijab. Butuh waktu 30 menit untuk mengenakan hijab. Maklum saja karena aku jarang memakai hijab. Nahh setelah urusan hijab selesai, kulihat di kaca dari atas kebawah.Dan ternyata sekarang permasalahan ada di celana. Baru kusadari kalau celana yang aku kenakan panjang dan gelebor . Triing. Akhirnya ide muncul untuk mengatasi permasalahan celanaku ini. Setelah semuanya selesai, lalu aku menuju meja makan untuk sarapan.
***
“Subhanallah, cantiknya anak Mama kalau pakai hijab” itu kalimat pertama Mama ketika melihatku mengenakan hijab. Aku malu ketika mendengar kalimat Mama itu. “iihh Mama apa sih. Biasa aja kok” “Ini luar biasa sayang. Seandainya kamu mengenakan itu setiap hari.” Aku langsung tersedak roti yang aku makan ketika mendengar Mama mengatakan itu. Ah Mama terlalu berharap, pikirku. “Emm. Arni udah telat ni, Arni berangkat dulu ya”. Kemudian aku menyalami tangan Mama, kemudian mencium pipi Mama.
Tiba-tiba Abangku keluar dari kamarnya dan terbawa terbahak-bahak,
“Hahahhahahaha, sejak kapan kamu pakai hijab Dek? Dan sejak kapan desa kita kebanjiran?”
“Banjir? Apa sih Abang ni”. Dasar Abang yang aneh, daerah kami kan emang tidak pernah terkena banjir.
“Ya habisnya, coba lihat celanamu tu, dilipat segala”.
Oohh, ternyata karena celanaku yang ku
lipat sampai ¾ kaki Abangku tertawa, padahal kan biasa aja.
“Kenapa celanamu di lipat segala nak?” akhirnya Mama angkat bicara.
“Kegedean celananya Ma. Jadi Arni lipat aja deh” Mama hanya geleng-geleng kepala.
“Eh Dek, Abang mau jujur ni. Kamu cantik lho pakai hijab”
What?? Ada apa sih dengan Abangku ini. Mimpi apa dia semalam, seumur-umur dia gak pernah bilang aku “CANTIK” yang ada kami selalu berantem dan pagi ini dia bilang seperti itu. Hahaha pagi yang aneh.
“Ahh, apalah Abang ni. Udah ah Arni berangkat dulu. Udah kesiangan ni. Assalamualaikum”.
***
Pagi ini tepat di gerbang sekolah aku bertemu dengan sahabat-sahabatku. Mereka memberi tanggapan yang sama seperti orang-orang di rumahku tadi.
“Subhanallahh, cantiknya Arni” kata Vita salah satu sahabatku.
“Iya loh, kamu cantik banget Ni, sampai pangling aku tengok kamu” kata Rani yang ikut memberikan komentar.
Merekalah sahabat-sahabatku. Vita dan Rani. Mereka berdua telah mengenakan hijab sejak kelas 4 SD. Di antara kami bertiga hanya aku yang tidak mengenakan hijab, dan aku juga yang paling tomboy di antara mereka. Sebenarnya mereka sudah mengingatkan aku agar aku mengenakan hijab dan merubah sikapku menjadi feminim. Tapi mungkin syaiton-syaiton yang ada di diri aku lebih banyak. Jadi aku tidak menghiraukan kata-kata mereka. Astaghfirullahhalazim.
“Apaan kalian ni, ayo kita ke kelas. Gak lucu banget kalo kita telat.”
“Ehhh tunggu-tunggu kenapa celanamu kaya gitu Ni?” kata Rani
“Soalnya celananya kegedean, makanya aku lipat. Unik kan, haha”
“Ya Allah, jelek banget tahu. Mending di biasain aja deh” Protes Rani lagi.
Akhirnya, lipatan celanaku aku turunkan. Dan aku pun memakai celana yang kebesaran dan membuatku sangat-sangat tidak nyaman.
***
Untungnya, setiap hari Jumat kami pulang cepat. Jadi aku tidak terbebani lama-lama untuk memakai hijab ini. Teng..Teng…Teng...Teng. Akhirnya bel itu pun terdengar juga. Aku tidak sabar ingin segera pulang, uupss lebih tepatnya ingin segera melepas hijabku. Setelah guru keluar dari kelas kami, langsung saja aku melepas hijabku. Kejadian ini berlangsung selama kurang lebih 2 tahun. Vita dan Rani hanya menghela nafas dan geleng-geleng melihat kelakuanku. Tetapi mereka memaklumi kelakuanku ini. Sungguh beruntungnya aku mempunyai sahabat seperti mereka.
***
Sekarang aku sudah kelas 2 SMP. Dan hari ini diadakan pengajian rutin ibu-ibu kompleks perumahan kami. Kebetulan pengajian di adakan di rumahku. Tentu saja sebagai anak perempuan aku membantu mama untuk menyiapkan semuanya, dan aku juga mengikuti pengajian itu. Pada pengajian kali ini, Ibu Ustadzah yang memberikan ceramah mengangkat tema tentang “Berhijab”. Saat itu entah kenapa aku ingin menyimak ceramah tersebut. Aku ingat betul ketika itu Ibu Ustadzah itu mengatakan bahwa sudah kewajiban perempuan yang sudah baligh untuk menutup auratnya dengan menggunakan hijab. Ibu Ustadzah itu juga membacakan surah-surah Al-Qur’an yang artinya :
“Dan janganlah kamu menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau perempuan-perempuan islam, atau budak-budak yang mereka miliki atau pelayan-pelayan laki-laki (tua) yang tidak mempunyaikeinginan (terhadap perempuan), atau anak-anak yang belummengerti tentang aurat perempuan” (QS Al-Nur/24:31)
“Hai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri kaum mukmin, “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. yang demikian itu supaya mereka lebih udah di kenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi maha Penyayang” (QS Al-Ahzab/33:59)
Dan waktu itu juga Ibu Ustadzah mengatakan bahwa barang siapa perempuan yang sudah baligh keluar rumahnya dengan keadaan aurat terbuka, bagian tubuh yang terbuka itu akan dijilati setan. Selain itu, penyebab penghuni neraka mayoritas perempuan salah satu penyebabnya adalah karena mereka para perempuan tidak memenuhi kewajibannya untuk mengenakan hijab.
Jleebb. Ceramah ustadzah itu menusuk ke hatiku. Dan ini membuat pikiranku kalut.
***
Seminggu setelah aku mendengar ceramah itu, aku memutuskan untuk berbicara pada Mamaku.
“Maa.. Arni mau pakai hijab”
Mama yang sedang melipat baju waktu itu langsung menghentikan pekerjaannya. “Arni sudah mantap mau pakai hijab, ini bukan main-main loh Nak”
“Iya Ma, lagian mama bilang waktu itu kalau Arni cantik kan kalau pakai hijab”
“Nak, setiap wanita muslim itu memang cantik ketika dia memakai hijab. Tapi memakai hijab juga harus dari hati, yang Mama takutkan adalah nantinya kamu buka-tutup hijabmu. Mama juga yakin kalau Arni itu masih labil. Perbaiki dulu sikap Arni dulu ya Nak.” Ujar Mama lembut.
Aku tak bisa berbuat apa-apa kalau Mama sudah berkata begitu. Aku akan menunggu sampai Mama merestuiku untuk mengenakan hijab. Aku tahu Mama berkata seperti itu karena Mama takut aku malah mempermainkan hijabku.
***
Tiga tahun berlalu, kini aku sudah lulus dari SMP. Dan aku pun kembali mempertanyakan apakah aku sudah boleh mengenakan hijab. Dan Alhamdulillah Mama merestuiku mengenakan hijab. Sekarng aku akan memulai hidupku yang baru. Sekolah di tingkat yang baru, punya teman baru, dan cerita yang baru. Dengan aku memakai hijab bukan berarti aku merubah total semuanya. Dan yang paling terlihat adalah aku masih sedikit tomboy. Terkadang aku bergabung dengan kaum laki-laki.
***
Ada cerita yang pahit pernah kurasakan. Itu bermula dari, ketika aku mengikuti ekstra kulikuler, aku selalu mengenakan celana jeans dan baju kaos karena aku memang suka memakai celana jeans. Tetapi aku sadar mungkin apa yang aku suka belum tentu di sukai orang lain. Contohnya waktu itu, ketika ekstra pertemuan ke 3, seperti biasa aku memakai gaya fashionku dan kebetulan aku serempak dengan Rio, kakak senior di ekstra yang aku ikuti. Akhirnya kami sedikit berbincang sambil menuju ruang tempat berlangsungnya ekstra. Ketika sampai di ruangan, aku duduk bersebelahan dengan senior perempuan. Aku merasakan bahwa dia tidak mnyukaiku. Benar saja, setelah ekstra selesai, langsung dia menyindirku dengan kata-kata tajamnya “berjilbab, tapi pakaian yang di kenakan seperti tidak memakai pakaian. Dekat-dekat dengan lelaki pula. Memalukan.”
Rasanya hatiku seperti teriris, spontan air mataku mengalir. Dengan air mata yang terus membanjiri pipiku, aku pulang menuju rumahku. Sesampainya di rumah, aku menceritakan semuanya kepada Mama. Kutumpahkan segala keluh kesahku. Bahkan aku beranggapan bahwa hijab itu mengekang diriku.
Tentu saja Mama tidak sependapat denganku. Lalu Mama menasehatiku. Dia memberitahuku bahwa pakaian yang ku kenakan itu salah. Dan aku juga salah jika sudah mengenakan hijab tetapi tidak menjaga pandangan dari lawan jenis. Dan aku pun tersadar mungkin ini teguran dari Allah SWT, agar aku merubah sikapku.
***
Setelah kejadian itu aku tidak lagi memakai pakaian dengan gaya seperti itu lagi. Sekarang aku sadar pakaian yang harus kukenakan adalah pakaian yang longgar sehingga tidak menampakkan lekukan tubuh. Dan aku juga menjaga jarak dengan lawan jenis.
Kini, aku telah nyaman mengenakannya. Hijab adalah identitas wanta muslimah. Hijab di tujukan untuk menutupi perhiaan wanita dan melindungi keindahannya. Karena muslimah sudah cantik sejak ia bersyahadat. Dan hijab menandakan keindahan tanpa memperlihatkan aurat.
Ya Rabb restuilah langkahku untuk kembali kepadamu. Berserah diri dengan segala kekuranganku,ampunilah dosa-dosaku...
***
Komentari Tulisan Ini
Tulisan Lainnya
CERPEN : "Farica Cheryl Menjadi Idola" (Usswatun Chasanah)
Sekolah bukanlah tempat kita sekedar menuntut ilmu. Banyak jenis prestasi yang bisa kita ukir di sana. Tempat kita mengasah bakat dan menunjukkan talent itu kepada
CERPEN : "Air Mata yang Terbayarkan" (Rara Calista3)
Mengarungi samudra kehidupan. Penuh perjuangan, kerja keras, this is my world this is my life. Namaku Aira. Aku berusia 16 tahun. Aku seorang pelajar di SMAN 1 Jakarta. Aku anak ke-2 da
CERPEN : Kain Spesial Nenek (Ana Satri Dwi Pratiwi)
“ Ara...Ara..!!!” Suara itu terdengar sangat membisingkan, bersamaan dengan suara ketukan pintu yang juga san
Sample Post 5
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Ut enim ad minim veniam, quis nostrud exercitation ullamco l